Namun, berjalannya waktu membuat hubungan S kandas dengan pacarnya terdahulu. Setelah tidak menjalani hubungan apapun, A mulai mendekati S. Dimulai dari hunting bareng untuk keperluan foto, sebab A adalah seorang fotografer. Setelah cukup kenal, baru diketahui bahwa A adalah senior S dan usianya terpaut jauh, 10 tahun. Perbedaan yang cukup jauh, namun dalam cinta, kadang usia hanyalah sebentuk angka. Dengan kemantapan hati, S dan A mulai menjalin kasih.
"Aku pikir, dia adalah pria dewasa yang bisa membimbingku kelak," ujar S saat mengenang kembali masa yang telah lalu.
Setahun sudah hubungan mereka, begitu indah, serasa dunia milik berdua. Perbedaan umur tidak dirasakan dan tidak menjadi masalah, sebab keduanya saling mencintai. Bahkan, mereka memutuskan untuk segera menikah, sebab usia A sudah memasuki usia pernikahan.
Awal hubungan yang indah itu mulai luntur.. Dua tahun masa pacaran, mulai timbul masalah-masalah kecil. Mulai dari A yang terlalu menuntut S untuk bisa mengurus rumah tangga, padahal di masa itu, S masih dalam masa ingin bermain bersama teman-temannya dan mandiri.
Itu baru satu masalah kecil. Masalah terbesar antara S dan A adalah perbedaan suku dua keluarga. A berasal dari suku Jawa, sedangkan S berasal dari suku Sunda. Perbedaan suku di masa kini seharusnya tidak menjadi sebuah penghalang, terlebih di masa sekarang. Namun keluarga masih percaya mitos yang mengatakan bahwa dua suku tersebut tidak akan bisa disatukan, sebab di masa lalu, ada Perang Babat yang membuat suku Sunda tidak lagi percaya dengan suku Jawa.
Mungkin pembaca mengira hal ini hanya mengada-ngada. Masa di zaman seperti ini masih ada saja pemikiran seperti itu? Namun S meyakini bahwa mitos itu barangkali benar sebab hubungannya dengan A kandas. A memutuskan hubungan dengan alasan dia tidak boleh berpacaran dengan seseorang dari suku Sunda.
"Coba bayangkan bagaimana perasaan ku? Ah, kalian semua pasti mengerti. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri, 'Mengapa hal ini terjadi? Mengapa dia tidak putuskan saja aku dari dulu jika alasannya seperti ini? Kenapa baru sekarang saat kami sudah merencanakan untuk menikah?" ujar S yang membongkar kenangan pahit itu.
Banyak pertanyaan muncul di kepala S. Sudah pasti, hatinya hancur, pikirannya runyam, bahkan S berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Mungkin terdengar mengada-ada, namun S benar-benar larut dalam kesedihan. Namun di antara kepingan hati itu, S sadar dia harus tegar dan kuat. Perlahan, S mulai menata kembali hatinya. Dia mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang dulu tak bisa dia lakukan karena sibuk pacaran. Bisa dikatakan, ini adalah berkah, sebab S jadi lebih punya banyak waktu berkualitas.
1 comment:
cinta memang banyak sekali gangguannya, kita harus bersabar saja menjalaninya
Post a Comment